Minggu, 11 Oktober 2015

Pendidikan Seni Rupa dan Kerajinan (estetika abad pertengahan dan pra modern



Makalah
Pendidikan Seni Rupa dan Kerajinan
(estetika abad pertengahan dan pra modern)

Description: Description: Description: C:\Users\Lenovo\Documents\logo baru STKIP PGRI Tulungagung.png 









Dosen Pengampu      : M. Reyhan F M.Pd
Kelas/Prodi                 : 3F/PGSD
Anggota Kelompok 2:
1)     Yuyun haryanti
2)     Rio riska kurniawan
3)     Miftakhul khoiroh
4)     Eko totok sujarwo
5)     Joko harsianto
   
STKIP PGRI TULUNGAGUNG
Jalan Mayor Sujadi No.7 Tulungagung Telp./ Fax 0355-321426 Email:stkippgritulungagung@gmail.com/website: stkippgritulungagung.ac.id/Kode Pos 66221


KATA PENGANTAR
Assalamualikum Wr. Wb
Segala puji bagi allah tuhan semesta alam atas ilmu dan nikmat sehat yang telah diberikan sehingga makalah ini dapat kami susun dengan tanpa hambatan, shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW dan semoga kita mampu meneladaninya Amiin...
Pengalaman estetik adalah sesuatu yang niscaya timbul dalam hidup manusia. Dalam kehidupan sehari – hari di sadari atau tidak disadari, perhatian manusia banyak di tumpukkan pada pengalaman estetik. Sehari – hari manusia banyak memperoleh pengalaman estetik melalui kesenian. Sungguh pun waktu penghayatan terhadap pengalaman estetik hanya sesaat saja, namun pengalaman itu sangat membahagiakan manusia. Oleh karena itu manusia ingin mempertahankan kebahagiaan itu dengan memperpanjang, bahkan mengabadikan estetik yang tidak abadi itu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman – teman, amiin.




Tulungagung,  September 2015
Penyusun,




BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Istilah Estetika baru muncul pada tahun 1750 oleh seorang filsuf minor yang bernama Alexander G. Baumgarten (1714-1762). Istilah itu dipungut dari bahasa Yunani kuno, aisthetika, yang berarti kemampuan melihat lewat penginderaan. Baumgarten menamakan seni itu sebagai pengetahuan sensoris, yang dibedakan dengan logika yang dinamakannya pengetahuan intelektual. Tujuan estetika adalah keindahan, sedangkan tujuan logika adalah kebenaran (Sumardjo, 2000 : 25, seorang filsuf jerman adalah yang pertama memperkenalkan kata aisthetika, sebagai penerus pendapat Cottfried Leibniz (1646-1716). Estetika adalah salah satu cabang filsafat. Secara sederhana, estetika adalah ilmu yang membahas keindahan, bagaimana bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya. Meskipun awalnya sesuatu yang indah dinilai dari aspek teknis dalam membentuk suatu karya, namun perubahan pola pikir dalam masyarakat akan turut mempengaruhi penilaian terhadap keindahan. Misalnya pada masa romantisme di Perancis, keindahan berarti kemampuan menyajikan sebuah 4 keagungan. Pada masa realisme, keindahan berarti kemampuan menyajikan sesuatu dalam keadaan apa adanya. Pada masa maraknya de Stijl di Belanda, keindahan berarti kemampuan mengkomposisikan warna dan ruang dan kemampuan mengabstraksi benda. Perkembangan lebih lanjut menyadarkan bahwa keindahan tidak selalu memiliki rumusan tertentu. Immanuel Kant, seperti Hume, bertahan bahwa keindahan bukanlah kualitas objektif dari objek. Sebuah benda dikatakan indah bila bentuknya menyebabkan saling mempengaruhi secara harmonis, diantara imajinasi dan pengertian (pikiran). Manusia merupakan pusat penciptaan. Segala sesuatu karya kembali kepada manusia sebagai subyek matternya. Hal ini dinamakan anthroposentris. Tokoh Renesans (dari kata Renaissance), Leon Battista mengatakan bahwa lukisan adalah penyajian tiga dimensi. Ia menekankan penggambaran yang setia dan konsisten dari subyek dramatik sebuah lukisan.di sini kami akan menampilkan contoh gambar pada saat abad pertengahan dan pra modern akan lebih memahami.




B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa Pengertian dari Estetiska?
2.      Bagaimana perkembangan dari Estetika abad pertengahan?
3.      Bagaimana perkembangan dari Estetika pra modern?
C.     TUJUAN MASALAH
1.      Dapat mengetahui pengertian dari Estetika.
2.      Dapat memahami perkembangan dari Estetika abad pertengahan.
3.      Dapat memahami perkembangan dari Estetika dari pra modern.













BAB III
PEMBAHASAN

1.      Pengertian estetika
Istilah estetika berasal dari bahasa latin “aestheticus” atau bahasa Yunani “aestheticos” yang bersumber dari kata “aithe” yang berarti merasa.
“Estetika dapat didefinisikan sebagai susunan bagian dari sesuatu yang mengandung pola. Pola mana mempersatukan bagian-bagian tersebut yang mengandung keselarasan dari unsur-unsurnya, sehingga menimbulkan keindahan.” (Effendy, 1993)
Estetika adalah salah satu cabang filsafat yang membahas keindahan. Estetika merupakan ilmu membahas bagaimana keindahan bisa terbentuk, dan bagaimana supaya dapat merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni. Pengertian Estetika Estetika atau yang sering didengar sebuah keindahan mempunyai banyak makna dan arti, setiap orang mempunyai pengertian yang berbeda antara satu dan yang lainnya mengenai arti dan makna estetika. Sebab, setiap orang mempunyai penilaian dan kriteria keindahan yang berbeda-beda. Berdasarkan pendapat umum, estetika diartikan sebagai suatu cabang filsafat yang memperhatikan atau berhubungan dengan gejala yang indah pada alam dan seni. Pandangan ini mengandung pengertian yang sempit.  Estetika yang berasal dari bahasa Yunani "aisthetika" berarti hal-hal yang dapat dicerap oleh pancaindera. Oleh karena itu estetika sering diartikan sebagai pencerapan indera (sense of perception).Alexander Baumgarten (1714 1762), seorang filsuf Jerman adalah yang pertama memperkenalkan kata "aisthetika", sebagai penerus pendapatCottfried Leibniz (1646-1716). Baumgarten memilih estetika karena ia mengharapkan untuk memberikan tekanan kepada pengalaman seni sebagai suatu sarana untuk mengetahui (the perfection of sentient knowledge).
Untuk estetika sebaiknya jangan dipakai kata filsafat keindahan karena estetika kini tidak lagi semata-mata menjadi permasalahan falsafi tapi sudah sangat ilmiah. Dewasa ini tidak hanya membicarakan keindahan saja dalam seni atau pengalaman estetis, tetapi juga gaya atau aliran seni, perkembangan seni dan sebagainya. Masalah dalam seni banyak sekali. Di antara masalah tersebut yang penting adalah masalah manakah yang termasuk estetika, dan berdasarkan masalah apa dan ciri yang bagaimana. Hal ini dikemukakan oleh George T. Dickie dalam bukunya "Aesthetica". Dia mengemukakan tiga derajat masalah (pertanyaan) untuk mengisolir masalah-masalah estetika. Yaitu pertama, pernyataan kritis yang mengambarkan,, menafsirkan, atau menilai karya-karya seni yang khas. Kedua pernyataan yang bersifat umum oleh para ahli sastra, musik atau seni untuk memberikan ciri khas genre-genre artistik (misalnya: tragedi, bentuk sonata, lukisan abstrak). Ketiga, ada pertanyaan tentang keindahan, seni imitasi, dan lain-lain.
2.      PERKEMBANGAN DARI ESTETIKA ABAD PERTENGAHAN
Abad pertengahan merupakan abad gelap yang menghalangi kreativitas seniman dalam berkarya senii. Agama Nasrani (Kristen) yang mulai berkembang dan berpengaruh kuat pada masyarakat akan menjadi "belenggu" seniman.
Gereja Kristen lama bersifat memusuhi seni dan tidak mendorong refleksi filosofis terhadap hal itu. Seni mengabdi hanya untuk kepentingan gereja dan kehidupan sorgawi. Karena memang kaum gereja beranggapan bahwa seni itu hanyalah/dan selalu mmemperjuangkan bentuk visual yang sempurna (idealisasi). Manusia merupakan pusat penciptaan. Segala sesuatu karya kembali kepada manusia sebagai subyek matternya. Hal ini dinamakan anthroposentris. Tokoh Renesans (dari kata Renaissance), Leon Battista mengatakan bahwa lukisan adalah penyajian tiga dimensi. Ia menekankan penggambaran yang setia dan konsisten dari subyek dramatik sebuah lukisan. Battista berpendapat pula bahwa seniman harus mempelajari ilmu anatomi manusia, dan kaidah-kaidah teknik senirupa yang lain. Dengan kata lain, seniman perlu mengikuti pendidikan khusus, selain mengembangkan bakat seninya. Pandangan ini pun diikuti para ahli lainnya dan para seniman di jaman initermasuk Leonardo dan Vinci. Istilah akademis dalam seni mulai tampak dirintis, karena ada usaha para seniman untuk mengembangkan ilmu seni secara rasional (teori yang berlandaskan kaidah seni klasik Yunani/Romawi).
Filsafat Barat Abad Pertengahan (476 – 1492) juga dapat dikatakan sebagai “abad gelap”. Ciri-ciri pemikiran filsafat barat abad pertengahan adalah :
–Cara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja
–Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles
–Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain
Masa abad pertengahan ini terbagi menjadi dua masa yaitu masa Patristik dan masa Skolastik. Masa Skolastik terbagi menjadi Skolastik Awal, Skolastik Puncak, dan Skolastik Akhir.
Masa Patristik
Istilah Patristik berasal dari kata latin pater atau bapak, yang artinya para pemimpin geraja.  Pada masa ini muncul upaya untuk membela agama kristen, yaitu para apologis (pembela iman kristen) dengan kesadarannya membela iman kristen dari serangan filsafat Yunani. Para pembela Iman kristen tersebut adalah Justinus Martir, Irenaeus, Klemens, Origenes, Gregorius, Nissa, Tertullianus, Diosios Arepagos, Au-relius Augustinus.
Justinus martir
Menurut pendapatnya, agama kristen bukan agama baru karena Kristen lebih tua dari filsafat Yunani, dan Nabi Musa dianggap sebagai awal kedatangan kristen. Padahal, Musa Hidup sebelum Socrates dan Plato.
 Orang-orang Yunani terpengaruh oleh demon atau setan. Demon atau setan tersebut dapat mengubah pengetahuan yang benar kemudian dipalsukan. Jadi, agama kristen lebih bermutu dibanding dengan filsafat Yunani. Demikian pembelaan Justinus Martir.
Klemens (150 – 215)
Pokok-pokok pikirannya adalah sebagai berikut :
–          Memberikan batasan-batasan terhadap ajaran kristen untuk mempertahankan diri dari otoritas filsafat Yunani.
–          Memerangi ajaran yang anti terhadap Kristen dengan menggunakan filsafat Yunani.
–          Bagi orang Kristen, filsafat dapat dipakai untuk membela iman Kristen, dan memikirkan secara mendalam.
Tertullianus (160 – 222)
Baginya berpendapat, bahwa wahyu Tuhan sudahlah cukup. Tidak ada hubungan antara teologi dengan filsafat, tidak ada hubungan antara Yerussalem (pusat agama) dengan Yunani (pusat filsafat).
Ia mengatakan bahwa dibanding dengan cahaya Kristen, segala yang dikatakan oleh para filosof Yunani dianggap tidak penting.
Akan tetapi lama kelamaan, tertullianus akhirnya menerima juga filsafat sebagai cara berfikir yang rasional, karena berfikir yang rasional diperlukan sekali.
Augustinus (354 – 430)
Ia diakui keberhasilannya dalam membentuk filsafat Kristen yang berpengaruh besar dalam filsafat abad pertengahan sehingga ia dijuluki sebagai guru skolastik yang sejati.
Ajaran Augustinus berhasil menguasai sepuluh abad, dan mempengaruhi pemikiran eropa. Mengapa ajaran Augustinus sebagai akal dari skolastik dapat mendominasi hampir sepuluh abad? Karena ajarannya lebih bersifat sebagai metode daripada suatu sistem sehingga ajarannya mampu meresap sampai masa skolastik.
Masa Skolastik
Istilah Skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah. Jadi, skolastik berati aliran atau yang berkaitan dengan sekolah.
Terdapat beberapa pengertian dari corak khas skolastik, sebagai berikut :
–          Filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama.
–          Filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional.
–          Suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan alam kodrat.
–          Filsafat Nasrani karena banyak dipengaruhi oleh ajaran gereja.
Filsafat Skolastik ini dapat berkembang dan tumbuh karena beberapa faktor berikut :
·         Faktor Religius
Faktor religius adalah keadaan lingkungan saat itu yang berperikehidupan religius.
·         Faktor Ilmu Pengetahuan
Masa Skolastik terbagi menjadi tiga periode, yaitu:
Skolastik Awal (berlangsung dari tahun 800 – 1200)
Saat ini merupakan zaman baru bagi bangsa eropa. Hal ini ditandai dengan skolastik yang di dalamnya banyak diupayakan pengembangan ilmu pengetahuan di sekolah-sekolah.
Kurikulum pengajarannya meliputi studi duniawi atau artes liberales, meliputi tata bahasa, retorika, dialektika (seni berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan, dan musik.
Diantara tokoh-tokohnya adalah Aquinas (735 – 805), Johannes Scotes Eriugena (815 – 870), Peter Lombard (1100 – 1160), John Salisbury (1115 – 1180), Peter Abaelardus (1079 – 1180).
Skolastik Puncak (berlangsung dari tahun 1200 – 1300)
Masa ini merupakan kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahun 1200 – 1300 dan masa ini juga disebut mas berbunga.
Berikut ini beberapa faktor mengapa masa skolastik mencapai pada puncaknya.
–          Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibu Sina sejak abad ke-12.
–          Tahun 1200 didirikan Universitas Almamater di Prancis.
–          Berdirinya ordo-ordo. Banyaknya perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan. Tokoh-tokohnya memegang peran di bidang filsafat dan teologi, seperti Albertus de Grote, Thomas Aquinas, Binaventura, J.D. Scotus, William Ocham.
Albertus Magnus (1203 – 1280)
Ia juga dikenal sebagai cendikiawan abad pertengahan. Di Universitas Padua ia belajar artes liberales, belajar teologi di Bulogna, dan masuk ordo Dominican tahun 1223.
Thomas Aquinas (1225 – 1274)
Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas, yang artinya Thomas yang suci dari Aquinas.
Karya Thomas Aquinas telah menandai taraf yang tinggi dari aliran Skolastisisme pada abad pertengahan.
Thomas menyadari bahwa tidak dapat menghilangkan unsur-unsur Aristoteles. Masuknya unsur Aristoteles ini didorong oleh kebijakan pimpinan geraja Paus Urbanus V (1366) kemudian Thomas mengadakan langkah-langkah sebagai berikut.
Langkah pertama, Thomas menyuruh teman sealiran Willem van Moerbeke untuk membuat terjemahan baru yang langsung dari Yunani.
Langkah kedua, pengkristenan ajaran Aristoteles dari dalam.
Langkah ketiga, ajaran Aristoteles yang telah dikristenkan dipakai untuk membuat sintesis yang lebih bercorak ilmiah.
Skoloastik Akhir (berlangsung dari tahun 1300 – 1450)
Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam pemikiran filsafat yang menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi (kemandegan). Diantara tokoh-tokohnya adalah William Ockham (1285 – 1349), Nicolaus Cusasus (1401 – 1464).
William Ockham (1285 – 1349)
Menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang atau kejadia-kejadian individual
Ia membantah anggapan skolastik bahwa logika dapat membuktikan doktrin teologis. Hal ini akan membawa kesulitan dirinya yang pada waktu itu sebagai penguasanya Paus John XXII.
Nicolas Cusasus (1401 – 1464)
Ia sebagai tokoh pemikir yang berada paling akhir masa skolastik. Menurut pendapatnya terdapat tiga cara untuk mengenal yaitu lewat indra, akal dan intuisi.
Pemikiran Nicolas ini sebagai upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan yang dibuat ke suatu sintesis yang lebih luas.
Relief dan Patung pada dinding Katedral, Estetika Abad Pertengahan

3.      PERKEMBANGAN ESTETIKA DARI PRA MODERN.
Anthony Ashley Cooper mengembangkan metafisika neoplatoistik yang memimpikan satu dunia yang harmonis yang diciptakan oleh Tuhan. Aspek- aspek dari alam yang harmonis pada manusia ini termasuk pengertian moral yang menilai aksi-aksi manusia, dan satu pengertian tentang keindahan yang menilai dan menghargai seni dan alam. Keagungan, termasuk keindahan merupakan kategori estetika yang terpenting
David Hume lebih banyak menerima pendapat Anthony tetapi ia mempertahankan bahwa keindahan bukan suatu kualitas yang objektif dari objek. Yang dikatakan baik atau bagus ditentukan oleh konstitusi utama dari sifat dan keadaan manusia, termasuk adat dan kesenangan pribadi manusia. Hume juga membuat konklusi, meskipun tak ada standar yang mutlak tentang penilaian keindahan, selera dapat diobyektifkan oleh pengalaman yang luas, perhatian yang cermat dan sensitivitas pada kualitas-kualitas dari benda.
Immanuel Kant, seperti Hume, bertahan bahwa keindahan bukanlah kualitas objektif dari objek. Sebuah benda dikatakan indah bila bentuknya menyebabkan saling mempengaruhi secara harmonis, diantara imajinasi dan pengertian (pikiran). Penilaian selera maknanya subjektif dalam arti ini.
Karya Lithograph, Daumier, realisme Estetika Pramodern: ekspresi yang cenderung otonom
Dari sini sekitar abad ke-19 muncul beberapa aliran diantaranya impresionisme dan ekspresionisme. Yang mana pada dahulu kala para seniman sendiri ikut mengambil bagian dalam merumuskan pendangan-pandangan mereka tentang ciri khas dan peranan kesepian dalam perkembangan manusia maupun masyarakat.
1.             Impressionisme dan Ekspresionisme
Impresionisme adalah suatu gerakan seni dari abad 19 yang dimulai dari Paris pada tahun 1860an. Nama ini awalnya dikutip dari lukisan Claude Monet, "Impression, Sunrise" ("Impression, soleil levant"). Sebenarnya kata “impresionisme” pada permulaan dipakai sebagai suatu sindiran atau penghinaan terhadap mereka yang kurang patuh pada peraturan-peraturan dan patokan-patokan yang dianggap perlu diindahkan agar suatu karya seni dapat terlaksana.[2] Pokoknya pelukis ingin mengabadikan “kesan”nya (“impression”) dan memperlihatkannya kepada si penonton lukisannya.
Karakteristik utama lukisan impresionisme adalah kuatnya goresan kuas, warna-warna cerah (bahkan banyak sekali pelukis impresionis yang mengharamkan warna hitam karena dianggap bukan bagian dari cahaya), komposisi terbuka, penekanan pada kualitas pencahayaan, subjek-subjek lukisan yang tidak terlalu menonjol, dan sudut pandang yang tidak biasa.
Pengarang impresionistis melahirkan kembali kesan atas sesuatu yang dilihatnya. Kesan itu biasanya kesan sepintas lalu. Pengarang takkan melukiskannya sampai mendetail, sampai kepada yang sekecil-kecilnya seperti dalam aliran realisme atau naturalisme, supaya ketegasan, spontanitas penglihatan, dan perasaan mula pertama tetap tak hilang. Lukisan seperti itulah lukisan beraliran impresionisme.
Ekspresionisme adalah suatu aliran dalam seni rupa yang melukiskan suasana kesedihan, kekerasan, kebahagiaan, atau keceriaan dalam ungkapan rupa yang emosional dan ekspresif. Salah seorang pelukis yang beraliran ekspresionisme adalah Vincent van Gogh (1853-1890). Lukisan lukisannya penuh dengan ekpresi gejolak jiwa yang diakibatkan oleh penderitaan dan kegagalan dalam hidup.
Aliran ekspresionisme lebih terbatas pada beberapa tokoh saja. Karya mereka memang tidak terlepas sama sekali dari apa yang mereka lihat dan apa yang kiranya telah menjadi alasan mengapa mau melukis. Hasrat untuk mengucapkan dan seakan-akan mewujudkan apa yang ada dalam pengalaman dan hati mereka (“exspression”) menandai dan mewarnai karya seni yang bersangkutan













BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
1.      Estetika adalah salah satu cabang filsafat yang membahas keindahan. Estetika merupakan ilmu membahas bagaimana keindahan bisa terbentuk, dan bagaimana supaya dapat merasakannya
2.      Abad pertengahan merupakan abad gelap yang menghalangi kreativitas seniman dalam berkarya senii. Agama Nasrani (Kristen) yang mulai berkembang dan berpengaruh kuat pada masyarakat akan menjadi "belenggu" seniman.
3.      Anthony Ashley Cooper mengembangkan metafisika neoplatoistik yang memimpikan satu dunia yang harmonis yang diciptakan oleh Tuhan. Aspek- aspek dari alam yang harmonis pada manusia ini termasuk pengertian moral yang menilai aksi-aksi manusia, dan satu pengertian tentang keindahan yang menilai dan menghargai seni dan alam. Keagungan, termasuk keindahan merupakan kategori estetika yang terpenting
Dari sini sekitar abad ke-19 muncul beberapa aliran diantaranya impresionisme dan ekspresionisme. Yang mana pada dahulu kala para seniman sendiri ikut mengambil bagian dalam merumuskan pendangan-pandangan mereka tentang ciri khas dan peranan kesepian dalam perkembangan manusia maupun masyarakat
B.     SARAN
Kami menyarankan bagi pembaca untuk lebih memahami estetika abad pertengahan dan pra modern yang akan menambah pemahaman lebih.





DAFTAR PUSTAKA
2.      Kartika, Dharsono Sony dan Nanang Ganda Prawira. 2004.  Pengantar Estetika. Bandung: Rekayasa Sains

Tidak ada komentar:

Posting Komentar