Makalah
Pendidikan Seni
Rupa dan Kerajinan
(estetika abad pertengahan dan
pra modern)
Dosen Pengampu : M. Reyhan F M.Pd
Kelas/Prodi : 3F/PGSD
Anggota Kelompok 2:
1)
Yuyun haryanti
2) Rio riska kurniawan
3)
Miftakhul khoiroh
4)
Eko totok sujarwo
5)
Joko harsianto
STKIP PGRI TULUNGAGUNG
Jalan Mayor Sujadi No.7 Tulungagung Telp./ Fax
0355-321426 Email:stkippgritulungagung@gmail.com/website:
stkippgritulungagung.ac.id/Kode Pos 66221
KATA
PENGANTAR
Assalamualikum
Wr. Wb
Segala
puji bagi allah tuhan semesta alam atas ilmu dan nikmat sehat yang telah
diberikan sehingga makalah ini dapat kami susun dengan tanpa hambatan, shalawat
dan salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW dan semoga kita
mampu meneladaninya Amiin...
Pengalaman
estetik adalah sesuatu yang niscaya timbul dalam hidup manusia. Dalam kehidupan
sehari – hari di sadari atau tidak disadari, perhatian manusia banyak di
tumpukkan pada pengalaman estetik. Sehari – hari manusia banyak memperoleh
pengalaman estetik melalui kesenian. Sungguh pun waktu penghayatan terhadap
pengalaman estetik hanya sesaat saja, namun pengalaman itu sangat membahagiakan
manusia. Oleh karena itu manusia ingin mempertahankan kebahagiaan itu dengan
memperpanjang, bahkan mengabadikan estetik yang tidak abadi itu.
Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman – teman, amiin.
Tulungagung, September 2015
Penyusun,
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Istilah
Estetika baru muncul pada tahun 1750 oleh seorang filsuf minor yang bernama
Alexander G. Baumgarten (1714-1762). Istilah itu dipungut dari bahasa Yunani
kuno, aisthetika, yang berarti kemampuan melihat lewat penginderaan. Baumgarten
menamakan seni itu sebagai pengetahuan sensoris, yang dibedakan dengan logika
yang dinamakannya pengetahuan intelektual. Tujuan estetika adalah keindahan,
sedangkan tujuan logika adalah kebenaran (Sumardjo, 2000 : 25, seorang filsuf
jerman adalah yang pertama memperkenalkan kata aisthetika, sebagai penerus
pendapat Cottfried Leibniz (1646-1716). Estetika adalah salah satu cabang
filsafat. Secara sederhana, estetika adalah ilmu yang membahas keindahan,
bagaimana bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya. Meskipun
awalnya sesuatu yang indah dinilai dari aspek teknis dalam membentuk suatu
karya, namun perubahan pola pikir dalam masyarakat akan turut mempengaruhi
penilaian terhadap keindahan. Misalnya pada masa romantisme di Perancis,
keindahan berarti kemampuan menyajikan sebuah 4 keagungan. Pada masa realisme,
keindahan berarti kemampuan menyajikan sesuatu dalam keadaan apa adanya. Pada
masa maraknya de Stijl di Belanda, keindahan berarti kemampuan mengkomposisikan
warna dan ruang dan kemampuan mengabstraksi benda. Perkembangan lebih lanjut
menyadarkan bahwa keindahan tidak selalu memiliki rumusan tertentu. Immanuel
Kant, seperti Hume, bertahan bahwa keindahan bukanlah kualitas objektif dari
objek. Sebuah benda dikatakan indah bila bentuknya menyebabkan saling
mempengaruhi secara harmonis, diantara imajinasi dan pengertian (pikiran). Manusia
merupakan pusat penciptaan. Segala sesuatu karya kembali kepada manusia
sebagai subyek matternya. Hal ini dinamakan anthroposentris. Tokoh
Renesans (dari kata Renaissance), Leon Battista
mengatakan bahwa lukisan adalah penyajian tiga dimensi. Ia menekankan
penggambaran yang setia dan konsisten dari subyek dramatik sebuah lukisan.di
sini kami akan menampilkan contoh gambar pada saat abad pertengahan dan pra
modern akan lebih memahami.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
Pengertian dari Estetiska?
2. Bagaimana
perkembangan dari Estetika abad pertengahan?
3. Bagaimana
perkembangan dari Estetika pra modern?
C. TUJUAN
MASALAH
1. Dapat
mengetahui pengertian dari Estetika.
2. Dapat
memahami perkembangan dari Estetika abad pertengahan.
3. Dapat
memahami perkembangan dari Estetika dari pra modern.
BAB III
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
estetika
Istilah estetika berasal dari bahasa latin “aestheticus” atau bahasa
Yunani “aestheticos” yang bersumber dari kata “aithe” yang berarti merasa.
“Estetika dapat didefinisikan sebagai susunan bagian dari sesuatu yang
mengandung pola. Pola mana mempersatukan bagian-bagian tersebut yang mengandung
keselarasan dari unsur-unsurnya, sehingga menimbulkan keindahan.” (Effendy,
1993)
Estetika adalah salah
satu cabang filsafat yang membahas keindahan. Estetika
merupakan ilmu membahas bagaimana keindahan bisa terbentuk, dan bagaimana
supaya dapat merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah
sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris yang kadang dianggap
sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang
sangat dekat dengan filosofi seni.
Pengertian Estetika Estetika atau yang sering didengar sebuah keindahan
mempunyai banyak makna dan arti, setiap orang mempunyai pengertian yang berbeda
antara satu dan yang lainnya mengenai arti dan makna estetika. Sebab, setiap
orang mempunyai penilaian dan kriteria keindahan yang berbeda-beda. Berdasarkan
pendapat umum, estetika diartikan sebagai suatu cabang filsafat yang
memperhatikan atau berhubungan dengan gejala yang indah pada alam dan seni.
Pandangan ini mengandung pengertian yang sempit. Estetika yang berasal dari bahasa Yunani
"aisthetika" berarti hal-hal yang dapat dicerap oleh
pancaindera. Oleh karena itu estetika sering diartikan sebagai pencerapan
indera (sense of perception).Alexander Baumgarten (1714
1762), seorang filsuf Jerman adalah yang pertama memperkenalkan kata
"aisthetika", sebagai penerus pendapatCottfried Leibniz (1646-1716). Baumgarten
memilih estetika karena ia mengharapkan untuk memberikan tekanan kepada
pengalaman seni sebagai suatu sarana untuk mengetahui (the perfection of
sentient knowledge).
Untuk estetika
sebaiknya jangan dipakai kata filsafat keindahan karena estetika kini tidak
lagi semata-mata menjadi permasalahan falsafi tapi sudah sangat ilmiah. Dewasa
ini tidak hanya membicarakan keindahan saja dalam seni atau pengalaman estetis,
tetapi juga gaya atau aliran seni, perkembangan seni dan sebagainya. Masalah
dalam seni banyak sekali. Di antara masalah tersebut yang penting adalah
masalah manakah yang termasuk estetika, dan berdasarkan masalah apa dan ciri
yang bagaimana. Hal ini dikemukakan
oleh George T. Dickie dalam bukunya "Aesthetica".
Dia mengemukakan tiga derajat masalah (pertanyaan) untuk mengisolir
masalah-masalah estetika. Yaitu pertama, pernyataan kritis yang
mengambarkan,, menafsirkan, atau menilai karya-karya seni yang
khas. Kedua pernyataan yang bersifat umum oleh para ahli sastra,
musik atau seni untuk memberikan ciri khas genre-genre artistik
(misalnya: tragedi, bentuk sonata, lukisan abstrak). Ketiga, ada
pertanyaan tentang keindahan, seni imitasi, dan lain-lain.
2.
PERKEMBANGAN
DARI ESTETIKA ABAD PERTENGAHAN
Abad pertengahan
merupakan abad gelap yang menghalangi kreativitas seniman dalam berkarya senii.
Agama Nasrani (Kristen) yang mulai berkembang dan berpengaruh kuat pada
masyarakat akan menjadi "belenggu" seniman.
Gereja Kristen
lama bersifat memusuhi seni dan tidak mendorong refleksi filosofis terhadap hal
itu. Seni mengabdi hanya untuk kepentingan gereja dan kehidupan sorgawi. Karena
memang kaum gereja beranggapan bahwa seni itu hanyalah/dan selalu
mmemperjuangkan bentuk visual yang sempurna (idealisasi). Manusia merupakan
pusat penciptaan. Segala sesuatu karya kembali kepada manusia
sebagai subyek matternya. Hal ini dinamakan anthroposentris. Tokoh
Renesans (dari kata Renaissance), Leon Battista
mengatakan bahwa lukisan adalah penyajian tiga dimensi. Ia menekankan
penggambaran yang setia dan konsisten dari subyek dramatik sebuah lukisan. Battista
berpendapat pula bahwa seniman harus mempelajari ilmu anatomi manusia, dan
kaidah-kaidah teknik senirupa yang lain. Dengan kata lain, seniman perlu
mengikuti pendidikan khusus, selain mengembangkan bakat seninya.
Pandangan ini pun diikuti para ahli lainnya dan para seniman di jaman
initermasuk Leonardo dan Vinci. Istilah akademis dalam seni mulai tampak
dirintis, karena ada usaha para seniman untuk mengembangkan ilmu seni secara
rasional (teori yang berlandaskan kaidah seni klasik Yunani/Romawi).
Filsafat Barat
Abad Pertengahan (476 – 1492) juga dapat dikatakan sebagai “abad gelap”.
Ciri-ciri pemikiran filsafat barat abad pertengahan adalah :
–Cara
berfilsafatnya dipimpin oleh gereja
–Berfilsafat di
dalam lingkungan ajaran Aristoteles
–Berfilsafat
dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain
Masa abad
pertengahan ini terbagi menjadi dua masa yaitu masa Patristik dan masa
Skolastik. Masa Skolastik terbagi menjadi Skolastik Awal, Skolastik Puncak, dan
Skolastik Akhir.
Masa
Patristik
Istilah
Patristik berasal dari kata latin pater atau bapak, yang artinya para pemimpin
geraja. Pada masa ini muncul upaya untuk membela agama kristen, yaitu
para apologis (pembela iman kristen) dengan kesadarannya membela iman kristen
dari serangan filsafat Yunani. Para pembela Iman kristen tersebut adalah
Justinus Martir, Irenaeus, Klemens, Origenes, Gregorius, Nissa, Tertullianus,
Diosios Arepagos, Au-relius Augustinus.
Justinus martir
Menurut
pendapatnya, agama kristen bukan agama baru karena Kristen lebih tua dari
filsafat Yunani, dan Nabi Musa dianggap sebagai awal kedatangan kristen.
Padahal, Musa Hidup sebelum Socrates dan Plato.
Orang-orang
Yunani terpengaruh oleh demon atau setan. Demon atau setan tersebut dapat
mengubah pengetahuan yang benar kemudian dipalsukan. Jadi, agama kristen lebih
bermutu dibanding dengan filsafat Yunani. Demikian pembelaan Justinus Martir.
Klemens (150 –
215)
Pokok-pokok
pikirannya adalah sebagai berikut :
–
Memberikan batasan-batasan terhadap ajaran kristen untuk mempertahankan diri
dari otoritas filsafat Yunani.
–
Memerangi ajaran yang anti terhadap Kristen dengan menggunakan filsafat Yunani.
–
Bagi orang Kristen, filsafat dapat dipakai untuk membela iman Kristen, dan
memikirkan secara mendalam.
Tertullianus
(160 – 222)
Baginya
berpendapat, bahwa wahyu Tuhan sudahlah cukup. Tidak ada hubungan antara
teologi dengan filsafat, tidak ada hubungan antara Yerussalem (pusat agama)
dengan Yunani (pusat filsafat).
Ia mengatakan
bahwa dibanding dengan cahaya Kristen, segala yang dikatakan oleh para filosof
Yunani dianggap tidak penting.
Akan tetapi lama
kelamaan, tertullianus akhirnya menerima juga filsafat sebagai cara berfikir
yang rasional, karena berfikir yang rasional diperlukan sekali.
Augustinus (354
– 430)
Ia diakui
keberhasilannya dalam membentuk filsafat Kristen yang berpengaruh besar dalam
filsafat abad pertengahan sehingga ia dijuluki sebagai guru skolastik yang
sejati.
Ajaran
Augustinus berhasil menguasai sepuluh abad, dan mempengaruhi pemikiran eropa.
Mengapa ajaran Augustinus sebagai akal dari skolastik dapat mendominasi hampir
sepuluh abad? Karena ajarannya lebih bersifat sebagai metode daripada suatu
sistem sehingga ajarannya mampu meresap sampai masa skolastik.
Masa
Skolastik
Istilah
Skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti
sekolah. Jadi, skolastik berati aliran atau yang berkaitan dengan sekolah.
Terdapat
beberapa pengertian dari corak khas skolastik, sebagai berikut :
–
Filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama.
–
Filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional.
–
Suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan alam kodrat.
–
Filsafat Nasrani karena banyak dipengaruhi oleh ajaran gereja.
Filsafat
Skolastik ini dapat berkembang dan tumbuh karena beberapa faktor berikut :
·
Faktor Religius
Faktor religius
adalah keadaan lingkungan saat itu yang berperikehidupan religius.
·
Faktor Ilmu Pengetahuan
Masa Skolastik
terbagi menjadi tiga periode, yaitu:
Skolastik Awal
(berlangsung dari tahun 800 – 1200)
Saat ini
merupakan zaman baru bagi bangsa eropa. Hal ini ditandai dengan skolastik yang
di dalamnya banyak diupayakan pengembangan ilmu pengetahuan di sekolah-sekolah.
Kurikulum
pengajarannya meliputi studi duniawi atau artes liberales, meliputi tata bahasa,
retorika, dialektika (seni berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu
perbintangan, dan musik.
Diantara
tokoh-tokohnya adalah Aquinas (735 – 805), Johannes Scotes Eriugena (815 –
870), Peter Lombard (1100 – 1160), John Salisbury (1115 – 1180), Peter Abaelardus
(1079 – 1180).
Skolastik Puncak
(berlangsung dari tahun 1200 – 1300)
Masa ini
merupakan kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahun 1200 – 1300 dan masa
ini juga disebut mas berbunga.
Berikut ini
beberapa faktor mengapa masa skolastik mencapai pada puncaknya.
–
Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibu Sina sejak abad ke-12.
–
Tahun 1200 didirikan Universitas Almamater di Prancis.
–
Berdirinya ordo-ordo. Banyaknya perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan. Tokoh-tokohnya
memegang peran di bidang filsafat dan teologi, seperti Albertus de Grote,
Thomas Aquinas, Binaventura, J.D. Scotus, William Ocham.
Albertus Magnus
(1203 – 1280)
Ia juga dikenal
sebagai cendikiawan abad pertengahan. Di Universitas Padua ia belajar artes
liberales, belajar teologi di Bulogna, dan masuk ordo Dominican tahun 1223.
Thomas Aquinas
(1225 – 1274)
Nama sebenarnya
adalah Santo Thomas Aquinas, yang artinya Thomas yang suci dari Aquinas.
Karya Thomas
Aquinas telah menandai taraf yang tinggi dari aliran Skolastisisme pada abad
pertengahan.
Thomas menyadari
bahwa tidak dapat menghilangkan unsur-unsur Aristoteles. Masuknya unsur
Aristoteles ini didorong oleh kebijakan pimpinan geraja Paus Urbanus V (1366)
kemudian Thomas mengadakan langkah-langkah sebagai berikut.
Langkah pertama,
Thomas menyuruh teman sealiran Willem van Moerbeke untuk membuat terjemahan
baru yang langsung dari Yunani.
Langkah kedua,
pengkristenan ajaran Aristoteles dari dalam.
Langkah ketiga,
ajaran Aristoteles yang telah dikristenkan dipakai untuk membuat sintesis yang
lebih bercorak ilmiah.
Skoloastik Akhir
(berlangsung dari tahun 1300 – 1450)
Masa ini
ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam pemikiran filsafat yang
menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi (kemandegan). Diantara
tokoh-tokohnya adalah William Ockham (1285 – 1349), Nicolaus Cusasus (1401 –
1464).
William Ockham
(1285 – 1349)
Menurut
pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang atau
kejadia-kejadian individual
Ia membantah
anggapan skolastik bahwa logika dapat membuktikan doktrin teologis. Hal ini
akan membawa kesulitan dirinya yang pada waktu itu sebagai penguasanya Paus
John XXII.
Nicolas Cusasus
(1401 – 1464)
Ia sebagai tokoh
pemikir yang berada paling akhir masa skolastik. Menurut pendapatnya terdapat
tiga cara untuk mengenal yaitu lewat indra, akal dan intuisi.
Pemikiran
Nicolas ini sebagai upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan yang
dibuat ke suatu sintesis yang lebih luas.
Relief dan Patung pada dinding Katedral, Estetika
Abad Pertengahan
3. PERKEMBANGAN
ESTETIKA DARI PRA MODERN.
Anthony
Ashley Cooper mengembangkan metafisika neoplatoistik yang memimpikan
satu dunia yang harmonis yang diciptakan oleh Tuhan. Aspek- aspek dari alam
yang harmonis pada manusia ini termasuk pengertian moral yang menilai aksi-aksi
manusia, dan satu pengertian tentang keindahan yang menilai dan menghargai seni
dan alam. Keagungan, termasuk keindahan merupakan kategori estetika
yang terpenting
David Hume lebih banyak menerima
pendapat Anthony tetapi ia mempertahankan bahwa keindahan bukan suatu kualitas
yang objektif dari objek. Yang dikatakan baik atau bagus ditentukan oleh
konstitusi utama dari sifat dan keadaan manusia, termasuk adat dan kesenangan
pribadi manusia. Hume juga membuat konklusi, meskipun tak ada standar yang
mutlak tentang penilaian keindahan, selera dapat diobyektifkan oleh pengalaman
yang luas, perhatian yang cermat dan sensitivitas pada kualitas-kualitas dari
benda.
Immanuel Kant,
seperti Hume, bertahan bahwa keindahan bukanlah kualitas objektif dari objek.
Sebuah benda dikatakan indah bila bentuknya menyebabkan saling mempengaruhi
secara harmonis, diantara imajinasi dan pengertian (pikiran). Penilaian selera
maknanya subjektif dalam arti ini.
Karya
Lithograph, Daumier, realisme Estetika Pramodern: ekspresi yang cenderung
otonom
Dari sini sekitar abad ke-19 muncul beberapa aliran
diantaranya impresionisme dan ekspresionisme. Yang mana pada dahulu kala para
seniman sendiri ikut mengambil bagian dalam merumuskan pendangan-pandangan
mereka tentang ciri khas dan peranan kesepian dalam perkembangan manusia maupun
masyarakat.
1.
Impressionisme dan Ekspresionisme
Impresionisme adalah suatu gerakan seni dari abad 19 yang
dimulai dari Paris pada tahun 1860an. Nama ini
awalnya dikutip dari lukisan Claude Monet, "Impression, Sunrise"
("Impression, soleil levant"). Sebenarnya
kata “impresionisme” pada permulaan dipakai sebagai suatu sindiran atau
penghinaan terhadap mereka yang kurang patuh pada peraturan-peraturan dan
patokan-patokan yang dianggap perlu diindahkan agar suatu karya seni dapat
terlaksana.[2]
Pokoknya pelukis ingin mengabadikan “kesan”nya (“impression”) dan
memperlihatkannya kepada si penonton lukisannya.
Karakteristik utama lukisan impresionisme adalah
kuatnya goresan kuas, warna-warna cerah (bahkan banyak sekali pelukis
impresionis yang mengharamkan warna hitam karena dianggap bukan bagian dari
cahaya), komposisi terbuka, penekanan pada kualitas pencahayaan, subjek-subjek
lukisan yang tidak terlalu menonjol, dan sudut pandang yang tidak biasa.
Pengarang impresionistis melahirkan kembali kesan
atas sesuatu yang dilihatnya. Kesan itu biasanya kesan sepintas lalu. Pengarang
takkan melukiskannya sampai mendetail, sampai kepada yang sekecil-kecilnya
seperti dalam aliran realisme atau naturalisme, supaya ketegasan, spontanitas
penglihatan, dan perasaan mula pertama tetap tak hilang. Lukisan seperti itulah
lukisan beraliran impresionisme.
Ekspresionisme adalah suatu aliran dalam seni rupa
yang melukiskan suasana kesedihan, kekerasan, kebahagiaan, atau keceriaan dalam
ungkapan rupa yang emosional dan ekspresif. Salah seorang pelukis yang
beraliran ekspresionisme adalah Vincent van Gogh (1853-1890). Lukisan
lukisannya penuh dengan ekpresi gejolak jiwa yang diakibatkan oleh penderitaan
dan kegagalan dalam hidup.
Aliran ekspresionisme lebih
terbatas pada beberapa tokoh saja. Karya mereka memang tidak terlepas sama
sekali dari apa yang mereka lihat dan apa yang kiranya telah menjadi alasan
mengapa mau melukis. Hasrat untuk mengucapkan dan seakan-akan mewujudkan apa
yang ada dalam pengalaman dan hati mereka (“exspression”) menandai dan mewarnai
karya seni yang bersangkutan
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Estetika adalah salah satu cabang filsafat yang membahas keindahan. Estetika
merupakan ilmu membahas bagaimana keindahan bisa terbentuk, dan bagaimana
supaya dapat merasakannya
2. Abad
pertengahan merupakan abad gelap yang menghalangi kreativitas seniman dalam
berkarya senii. Agama Nasrani (Kristen) yang mulai berkembang dan berpengaruh
kuat pada masyarakat akan menjadi "belenggu" seniman.
3. Anthony
Ashley Cooper mengembangkan metafisika neoplatoistik yang memimpikan
satu dunia yang harmonis yang diciptakan oleh Tuhan. Aspek- aspek dari alam
yang harmonis pada manusia ini termasuk pengertian moral yang menilai aksi-aksi
manusia, dan satu pengertian tentang keindahan yang menilai dan menghargai seni
dan alam. Keagungan, termasuk keindahan merupakan kategori estetika
yang terpenting
Dari sini sekitar abad ke-19 muncul beberapa aliran
diantaranya impresionisme dan ekspresionisme. Yang mana pada dahulu kala para
seniman sendiri ikut mengambil bagian dalam merumuskan pendangan-pandangan
mereka tentang ciri khas dan peranan kesepian dalam perkembangan manusia maupun
masyarakat
B. SARAN
Kami menyarankan bagi pembaca untuk
lebih memahami estetika abad pertengahan dan pra modern yang akan menambah
pemahaman lebih.
DAFTAR
PUSTAKA
2. Kartika, Dharsono Sony dan Nanang Ganda Prawira. 2004.
Pengantar Estetika. Bandung: Rekayasa Sains
Tidak ada komentar:
Posting Komentar